16/05/13
Birthday Hectic Trip, Malang-Solo-Jogja
Kenapa judul posting blog kali ini “Birthday Hectic Trip”, karena memang bertepatan dengan ulang tahun saya dan memang trip yang hectic. 3 kota dalam 6 hari...heghegh. Dengan siapa trip ini dilakukan... tentu saja “duo flamingo”, partner korban racun travelingku si wulan.
First destination : Malang
tiket matarmaja |
KA Matarmaja ramai orang-orang bawa keril. Tempat tas diatas tempat duduk saja, dari ujung ke ujung isinya keril. Mereka adalah para calon pendaki Gunung Semeru, sementara saya dan wulan adalah calon pelarian gagal semeru.
X : “mbak, rombongannya berapa orang?”
V: “berdua aja”
X: “wooow...Cuma berdua aja? Mau naik semeru juga kan?”
V: “nggak... kita mau pulang kampung.heghegh”
Stasiun Kota Baru Malang |
Pukul 7 pagi, matarmaja sampai di stasiun kota baru malang, dan kita berdua langsung naik angkot menuju rumah saya yang letaknya tak jauh dari terminal Arjosari Malang. Sampai dirumah, mandi... dan kita jalan-jalan keliling kota malang, lengkap dengan kulinernya.
Hari kedua. Kita mulai tour ke pinggir Malang, masuk ke kota Batu. Tidak banyak tempat yang kita kunjungi disini. Kita mengintip Air tejun coban rondo, Alun-alun batu, kuliner, dan BNS (Batu Night Spectacular).
Air terjun coban rondo |
Alun-alun kota Batu |
Lampion Garden, Batu Night Spectacular |
ini dia tema taman lampion yang bikin nyengir.kwkwkw |
Taman lampion BNS |
Paris?? bukaaan, Batu !! |
Second destination : Solo
Sabtu, 11 Mei 2013. Saya dan wulan naik malioboro ekspress menuju kota Solo, pukul 3 sore kita sampai di Stasiun Solo balapan. Solo menjadi tujuan berikutnya, dan niat kita berdua murni untuk silaturahmi dan menepati janji. Kita ke rumah mbak ita, salah satu mantan penghuni kontrakan di jakarta yang sudah menikah dan punya “baby”.
Ada yang lucu di Solo. Kita berdua sebelumnya nggak mengira kalau rumah mbak ita jauh banget dari kota. Sabtu malam, niat hati mau jalan-jalan, tapi yang kita temui Cuma kanan kiri jalanan yang gelap gulita secara jalan itu melintang diantara sawah dan kebun, tanpa lampu jalan. Semakin jauh melajukan motor, semakin nggak yakin lewat jalan yang bener.
V : “waduh lan... kok gelap gini yak... mana gag ada motor lain...”
W: “iya ya mbak... mana gag ada orang yang bisa ditanyain...”
V : “udah...puter balik aja apa yak...” (dialog dua orang bingung yang tak tau arah jalan pulang)
Entah berapa kali kita puter balik, yang jelas kita bisa balik lagi ke rumah mbak ita dengan selamat.
Minggu, 12 Mei 2013. Pagi-pagi kita sudah pamit dari rumah mbak ita untuk menuju jogja. Dari Solo ke Jogja, kita naik kereta Prameks (Prambanan Ekspres) pukul 11.01, sampai di jogja pukul 12.15. Tarif prameks Rp10.000.
Awalnya, saya kira Prameks itu seperti Comuter Line di jakarta, beli tiket setiap saat terus naik. Ternyata saya salah besar, pembelian tiket prameks itu dibuka 2 jam sebelum jadwal keberangkatan, pantesan pas kita sampai stasiun antrian sudah mengular. Lebih shock lagi, waktu saya nerima tiketnya disitu jelas ditulis “Berdiri” & “Tanpa tempat duduk”.
Tiket Prameks |
Third destination : Yogyakarta
Pukul 12.15. Kita sampai di Stasiun Tugu Jogja, lanjut cari penginapan di sekitar Jalan Sosrowijayan, mandi (sumpah solo jogja panas banget), dan langsung jalan-jalan di sekitar kota jogja. Mengunjungi ikon-ikon kota jogja jadi pilihan dihari pertama, karena kita datang sudah terlalu siang, jadi nggak mungkin untuk ke pinggir jogja.
Alun-alun kidul jogja, kita juga sempat nyobain jalan dengan mata tertutup ngelewatin dua pohon beringin kembar lhooh.hihiii |
Musisi jalanan di sepanjang jalan Malioboro |
Detik detik pergantian hari dari tanggal 12 mei ke 13 mei saya lewatkan di Malioboro. Duduk dipinggir jalan, sambil nyimak pengamen yang beraksi. Dapat ucapan sederhana dari si wulan dengan modal pinjam korek warung pinggir jalan, lanjut naik andong keliling jogja sampai jam 1 pagi.
Hahaa... kereen... birthday at jogja...
Tragedi sewa motor
Sewa motor di jogja itu memang lebih enak dan praktis. Hanya dengan Rp.60.000, kita sudah bisa pakai motor seharian. Mindset ini memang sudah ada di otak saya, tapi pas mau sewa motor.....
Y : “kamu harus ngasih jaminan 2 juta”
V : “haaaah??? Serius pak?? Hehee... bapak jgn becanda dong”
Y : “lhooh...saya serius lho”
Yang perlu diketahui tentang sewa motor di jogja adalah kita harus ngasih uang jaminan sebesar paling nggak 2 juta, buat jaga jaga kalau motornya diculik. Awalnya saya pikir, jaminannya Cuma KTP...tapi saya salah besaaar. Kata tukang sewanya, ktp itu nggak ngejamin apa-apa, karena motornya sudah sering ilang dengan jaminan KTP.
Ampuuun... saya & wulan langsung shock, lemes, plus melas . Darimana uang 2 juta, jalan-jalan aja modal pas-pas’an. Tapi karena si bapak tukang sewa motor baik hati dan tidak sombong (atau gara-gara kasian liat muka melas kita), kita di ijinkan sewa motor dengan jaminan 2 KTP. Dengan motor itulah kita sampai parangtritis dan prambanan.
Hari kedua. Kita putuskan untuk ke pantai parangtritis dan candi prambanan. Dua destinasi ini jadi pilihan karena jarak tempuh dengan motor cukup singkat, meski sebenarnya pengen juga main ke daerah gunung kidul dan magelang. Tapi mengingat jadwal keberangkatan kereta pukul 15.30, pertimbangan waktu tidak memungkinkan untuk pergi kesana. Pukul 6 pagi kami berangkat menuju parangtritis, Cuma 45 menit dari kota jogja, kami sudah sampai di Pantai Parangtritis.
Parangtritis khas dengan garis pantai yang panjang, bukit dan tebing di sisi utara pantai. Karena kita sampai masih pagi, jadi masih ada embun yang beradu dengan tebing dan debur ombak. |
Prambanan butuh waktu 1,5 jam naik motor dari parangtritis ke prambanan |
Dari atas-kiri. Bakso malang, ceker setan (lokasinya dekat stasiun kota baru malang, bukanya mulai sore), pangsit mie bromo + es campur gunung rasa duren (ini lokasinya dekat stasiun kota baru juga), bakso bakar malang (di jalan ijen). Es duren malioboro (mak nyuuus bgt dah rasanya ), Nasi gudeg lauk ayam, Nasi gudeg lauk hati ampela (jl.wijilan jogja), angkringan + kopi joos (dekat stasiun tugu jogja, kopinya mantaaap ), dan yang terakhir adalah serabi imut rasa pandan & rasa pisang coklat keju + es yogurt (malang). Oh iya... di alun-alun batu, kita juga nyobain ketan, ketan duren pisang dan ketan bubuk kedelai. Semua ini adalah kuliner yg kita coba selama trip.
Cute little baby
Aneh, disepanjang perjalanan kita Malang-Solo-Jogja kita pasti ketemu anak kecil. Di Malang, ketemu keponakanku yang waktu itu kupikir ada di bojonegoro. Perjalanan kereta Malang-Solo, duduk hadap-hadapan sama anak kecil yang super duper hiperaktif, tapi lucu. Sampai solo, ketemu nayla (mbak ita baby’s). Di Prambanan lebih lucu, pas kita foto bareng, tiba-tiba ada anak kecil yang langsung ikutan foto...heghegh. Di perjalanan kereta jogja-jakarta, ketemu balita lagi, tembem & lucu. Rasanya pengen masukin bocah bocah itu ke dalam keril...lumayan buat mainan di rumah. Kwkwkw.
My sweet little nephew "Raesha" dg kuncirnya makin bikin imuuut, & nayla, mbak ita's baby |
My Birthday, My Hectic Trip...was ended at jogja.
and we are having so much fun...
02/05/13
Tentang pangrango dan setangkup rindu untuk mandalawangi
Pangrango dari Puncak Gede |
Siapa tak kenal Pangrango. Segitiga runcing setinggi 3.019 mdpl yang masuk dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Gunung dengan lembah kasih yang menyisakan rindu tak berujung ketika pulang dari sana. Gunung dengan kisah seorang pendahulu yang teramat mencintainya...
"Aku cinta padamu pangrango... karena aku cinta pada keberanian hidup"(Soe Hok Gie, 19-07-1966)
Pangrango, mengapa ada seorang yang begitu mengagumimu? hingga ia torehkan karya yang luar biasa tentangmu?. Pertanyaan-pertanyaan ini sudah lama ada di otak saya, dan harus segera dijawab.
Dari Meeting point ke Kandang Badak
Seperti biasa, meeting point rombongan adalah terminal bus kampung rambutan. Dari kampung rambutan ke cibodas... cibodas lanjut GR (Green Ranger)... GR lanjut nanjak. Pukul 04.00, rombongan berjumlah kurang lebih 32 orang mulai mendaki. Pendakian sengaja dimulai lebih pagi karena target awal adalah langsung ng’camp di Mandalawangi.
Langit subuh belum tersentuh jelaga surya, masih biru tua tapi tak terlalu gelap, dari gerbang kebun raya cibodas kita bisa melihat purnama beradu dengan lembah dan bintang. Sayangnya pemandangan seperti ini tak bisa diabadikan dengan kamera biasa... hanya hati dan mata yg mampu mengabadikannya dengan sempurna.
Trek pendakian didominasi dengan jalan setapak, menanjak dan berbatu. Trek yang berbeda adalah saat kita sampai di Rawa Gayonggong (1.600 mdpl) dan di Air Panas. Rawa gayonggong treknya berupa jembatan landai yang cukup lebar dan kokoh, disini biasa dipakai untuk photo sessionnya pendaki... karena dari sini kita bisa melihat puncak pangrango dengan jelas.
View Pangrango dari Jembatan Gayonggong |
(photo by dendi saputra) Pose di Gayonggong |
(photo by Yat-tsu Priyatna) [masih] di Jembatan Gayonggong |
Sedangkan di Air Panas, kita melewati air terjun dengan panas yang dapat mencapai 500C. Air panas ini bersumber dari dekat kawah gunung gede. Saat melewati air panas, kita hanya berpijak pada batu-batu yang sekiranya kokoh sementara badan tetap harus menjaga keseimbangan, karena sedikit saja salah langkah, kita bisa meluncur jatuh ke jurang panas.
(photo by Semar nungging) Meniti batu di trek Air Panas |
Target awal camp di mandalawangi tidak tercapai, pasalnya pukul 11.00 hujan mulai menghujam tanah pangrango... memaksa kita untuk berhenti di Pos Kandang Badak (2.395 mdpl) dan ng’camp disana. Kandang badak ibarat pasar malam, rame warna warni tenda disana-sini.
Sekitar pukul 14.00 cuaca sudah mulai cerah, namun itu hanya bertahan selama 2 jam saja. Rintik air kembali datang hingga menjelang malam, puncaknya pukul 22.00 hujan mulai turun lebih deras.
Rencana awal menuju puncak pangrango adalah pukul 02.00, tapi hujan masih saja turun. Sempat ada kabar, beberapa pendaki yang mencoba menuju puncak pukul 03.00, kembali lagi ke kandang badak karena tidak tahan dengan dingin dan kabut saat itu. Rencana awal kembali bergeser, akhirnya kita menuju puncak pangrango pukul 06.00. Matahari sudah mulai menunjukkan hangatnya, tapi kabut tetap mengikuti.
Ibarat berlatih ilmu silat, semua jurus keluar. Mulai dari ngangkang, nungging, ngrangkak, nyelip, bahkan sampai aksi iklan susu diet pun ada saat perjalanan menuju puncak. Heghegh... Banyak pohon tumbang disepanjang perjalanan menuju puncak yang mengharuskan kita beraksi seperti ini.
(Photo by Semar nungging) Pohon tumbang di perjalanan menuju puncak pangrango |
(Photo by Semar nungging) Kombinasi pohon tumbang dan tanjakan |
(Photo by Semar nungging) Nah, yang ini pakai jurus nungging. Tanjakan + akar + licin. |
WRP trek... Sure u can do... |
Kurang lebih pukul 09.30 kami sampai di puncak pangrango, sayangnya view dari puncak pangrango masih tertutup kabut.
(Photo by Semar nungging) Puncak Pangrango dengan view spot yang tidak terlalu luas |
Kabut di puncak pangrango |
(Photo by http://warawirigue.blogspot.com/2012/11 /pangrango-pedakian-penyiksaan.html ) ini dia view dari puncak pangrango kalo lagi cerah |
Kita tak berlama-lama dipuncak pangrango, karena ada yang menanti... menanti kedatangan kami di 15 menit perjalanan berikutnya... Lembah Mandalawangi.
Mandalawangi, syair tak beraksara
Sedikit mencontek bait “Setapak sriwedari”nya milik maliq n d’essential, tapi memang sungguh tak ada kata yang bisa mengambarkan lembah seluas 5 hektar dengan hamparan edelweisnya, lengkap dengan kabut tipis yang mengayun bersama angin.
Mandalawangi mirip seperti Surya Kencana di Gunung Gede, yang membedakan hanya luasnya saja. Surya kencana 10 kali lipat lebih luas dibanding mandalawangi, tapi justru keadaan yang tidak terlalu luas membuat edelweis-edelweis di lembah ini lebih dekat dengan kita.
edelweis yg masih kuncup, dan celah tebing yang menghadap ke arah bogor sedang tertutup kabut |
Lembah Mandalawangi, membawa damai sampai ke hati |
1,5 jam berada di Mandalawangi rasanya tak cukup, tapi kita harus kembali. Kembali turun dari ketinggian dan kembali ke rutinitas biasa. Kurang lebih 13.00, kita sudah berada di kandang badak. Pukul 14.30, kita memulai perjalanan turun dari Pangrango.
Komplit, foto bareng menjelang turun Pangrango |
Mungkin kami lelah dan bercucuran peluh, mungkin juga kami merasakan dingin. Namun, hamparan edelweis, dan nyanyian angin berselimut kabut di lembah mandalawangi... menyentuh kulit dengan hormat dan hangat... membawa damai sampai relung hati... bahkan berat untuk pergi dari sini... karena akan menyisakan rindu yang menggelayut...
Tuhan... ijinkan aku kembali kesana saat edelweis tak lagi kuncup dan saat bintang bertabur dilangit malam...
Langganan:
Postingan (Atom)