08/01/13
Gunung Slamet : Catatan Akhir Tahun 2012
Setiap perjalanan pasti menyisakan kenangan dan cerita yang tak lekang oleh waktu. Termasuk yang satu ini. Pendakian kedua, pendakian Gunung Slamet, gunung tertinggi di Jawa Tengah, dan tertinggi kedua di pulau Jawa setelah Gunung Semeru.
Urusan Bus, Aman terkendali. Rombongan kita (6 orang) dapat bus dengan harga termurah saat itu, dapat duduk, di bangku bus yang semestinya...bukan lesehan atau kursi plastik. Yang menjadi tak terduga adalah kondisi jalan macet dan kita sampai di Base Camp Pos Bambangan lewat jauuuh dari rencana awal.
Rencana awal sampai Base Camp jam 6 pagi, lanjut pendakian jam 7...moloor jadi jam 11 siang, dan mulai pendakian jam 12 siang.
Yap, kami ngecamp di Pos 3, itu artinya...kita masih jauuuuuh sekali dari puncak, karena untuk sampai ke puncak...kita masih harus melewati 6 Pos lagi.
Sekitar pukul 10.30, saya menginjakkan kaki di ketinggian 3428 mdpl, puncak Gunung Slamet.
Menyisakan hati untuk mengenang...dan meninggalkan raga untuk berjuang...
Hati bertanya: Bagaimana bisa melupakan masa silam, bila masa silam lebih hangat dibanding kecupan kenyataan ?
Raga menjawab: Biar saja menjadi kenangan yang terserak di dalam, yang bisa kau kunjungi setiap saat tapi abaikan lebih sering...berdamailah dengan waktu, berjalanlah bersamanya...dan berdoalah kawan...
Semoga, di negeri-negeri berbau mesiu pesan damai lebih bising daripada desing peluru dan terompet tahun baru.
Note:
READ MORE - Gunung Slamet : Catatan Akhir Tahun 2012
Saya memang bukan pendaki advance, bukan juga mahasiswa yang tergabung dalam organisasi pecinta alam, saya hanya manusia biasa yang punya mimpi menapakan kaki di tempat-tempat terindah di bumi ini, khususnya Indonesia.
Banyak tempat-tempat indah dimuka bumi, yang untuk pergi kesana kita harus menyelami lautan dan mendaki gunung...tak semudah menonton film dan bilang “iiihh baguuus...pengen kesanaaa...”, seandainya semua orang punya mindset seperti ini...dijamin pasti jatuh banyak korban.
Preparation
Menjelang 2012 berakhir, teracunilah dua orang mahasiswi di kontrakan yang berakibat mupeng akut...dan harus mengambil penawarnya di Puncak Slamet. Seorang langsung googling segala macam info tentang Gunung Slamet, seorang lainnya langsung pulang kampung minta suntikan dana. #ini serius tapi memang agak lebay.
Singkat cerita, saya dan wulan tergoda dengan ajakan mendaki ke Slamet. Kita berdua sadar, kalau kita wajib mempersiapkan peralatan, fisik, mental, tekad, dan kita berusaha mempersiapkannya mendekati sempurna. Jujur saja ketika menjelang keberangkatan, kita masih agak parno...kenapa??
Gunung Slamet lebih tinggi dari Gunung Gede.
Treknya: Tanah?? Batu?? Akar?? Pasir?? (Belum kebayang ). Macan?? Monyet?? Babi?? Kuntilanak?? (Ada gag ya ). Cewek yang ikut?? (Infonya gajebo). Hipotermia?? (Sanggup kah)
.........dan semua tanda tanya ini akhirnya di sapu dengan doa.......
Because Dare to dream...dare to suffer...but not to dumb to take a next step...
Karena berani bermimpi...berani hidup susah...tapi tidak terlalu bodoh untuk mengambil langkah berikutnya.
Pulogadung Attack
Meeting point pemberangkatan adalah di terminal Pulogadung pukul 18.00. Terminal Pulogadung mirip sarang semut yang di siram air...ruameee puoool. Tarif bus naik 2 x lipat dari harga normal, klakson bus sahut-sahutan, orang adu mulut, penumpang kejar kejaran bus....dan di adegan terakhir ini kita turut jadi aktornya. Hehe
Nge'galau di Terminal Pulogadung |
Ini dia aktor aktor yang turut andil dalam adegan kejar-kejaran bus |
Rencana awal sampai Base Camp jam 6 pagi, lanjut pendakian jam 7...moloor jadi jam 11 siang, dan mulai pendakian jam 12 siang.
Memulai Pendakian
Sekitar pukul 12 siang kami memulai pendakian gunung slamet. Selama perjalanan pasti tak lengkap tanpa foto...mumpung matahari belum tertelan malam, & mumpung angin belum membawa mendung dan hujan.
Kurang lebih pukul 14.30 kami sampai di Pos 1: Pondok Gembirung. Rasanya euforia sampai di pos 1 agak kurang...pasalnya saya nggak bawa carrier sendiri, bahkan sebelum sampai pos 1, carrier sudah berpindah tangan.
Perjalanan dari Pos 1 – Pos 2, niat hati bawa carrier sendiri, begitu dihantam trek yang lumayan curam dapet bonus kram lutut yang rasanya...hhhmmm....
Sebelum sampai di Pos 2, kami diuji dengan hujan deras. Lagi-lagi rencana awal bergeser, awalnya kami berencana tetap melanjutkan perjalanan sampai Pos 5 dan ngecamp disana, sebelum subuh naik ke puncak. Tapi hujan membuat sendi dan gigi menggigil, memaksa kita harus berhenti di Pos 3, dan mendirikan tenda.
Yap, kami ngecamp di Pos 3, itu artinya...kita masih jauuuuuh sekali dari puncak, karena untuk sampai ke puncak...kita masih harus melewati 6 Pos lagi.
Rencana Tinggalah Rencana
“Yauda kita ngecamp aja disini, konsekuensinya jam 2 pagi kita harus jalan ke puncak”
Suara setuju bersahutan membalas dialog ini. #hayoo siapa yg bilang iyaa??
Tik. Tok. Tik. Tok. Tik. Tok....waktu berlaluuu.....
Pukul 2 pagi...ZZzzzzzzz.....
Pukul 5...baru terlihat gelagat menuju puncak.
Summit Attack
Sekitar pukul 6, kami baru berjalan menuju puncak, tanpa carrier. Perjalanan ke puncak menyuguhkan pemandangan alam yang tak lagi malu pada embun, menyajikan awan dan sisa-sisa jelaga subuh yang tak lagi tertutup malam.
Trek menuju ke puncak berulang kali disapa kabut...sayup sayup datang dan pergi, hhhmmm...amazing thing that i’ve ever seen...
(Photo by : Poery coy) 3 puncak yang mengintip Slamet |
Dihampiri Kabut |
(Photo by: Ricky) Trek menuju puncak, batu dan pasir basah |
Ayah, ibu...aku pernah berdiri di atas awan |
Jujur. Mendaki ke puncak Slamet kemarin rasanya payah banget...lemeess , apalagi setelah lewat Pos Pelawangan, yang artinya trek berubah menjadi pasir basah dan batu. Rasanya campur aduk, bayangannya juga campur aduk...bahkan sempat kebayang Skripsi !!. Loh??. Hehee.
Mendaki bagi saya memang setengah mati rasanya, tapi turun...sedikit lebih mudah daripada naik. Lain ceritanya dengan si wulan, turun gunung itu setengah hidup buat dia...setor pantat setiap saat, entah berapa kali dia jatuh. Ditambah lagi hipotermia di tenda, hhhmmm....lengkap sudah...dan dia pantas mendapat gelar wulanhipotermijatohmulu .
Saat perjalanan turun dari puncak, lagi-lagi kami diguyur hujan deras, dan saat itu kami hanya bermodalkan jaket waterproof & windproof yang lama kelamaan lembab juga. Hujan berhenti sesaat, tapi setelah sampai Pos 3 hujan turun lagi....dan disinilah kejadiannya. Disaat semua orang mulai menggeliat dan menggigil kedinginan....si wulanhipotermijatohmulu terserang hipotermia .
Turun dalam Gelap
Alam memang tak bisa dilawan, hujan masih tetap mengguyur, dan kami terpaksa turun tanpa menunggunya berhenti. Sekitar pukul 5 sore, kami terpaksa turun. Trek yang tadinya sudah curam, ditambah air hujan menjadi semakin licin, dan menjelang gelap...kami tak punya penerangan yang cukup memadai.
5 Orang turun gunung dengan 2 senter, dalam keadaan gelap, hujan, dan di tengah jalan senter yang satunya mati...Kondisi badan?? Jangan ditanya...pastinya semua sudah kehabisan baterai juga...
5 Orang turun gunung dengan 2 senter, dalam keadaan gelap, hujan, dan di tengah jalan senter yang satunya mati...Kondisi badan?? Jangan ditanya...pastinya semua sudah kehabisan baterai juga...
Sampai Pos 1, kami mendapat tambahan penerangan, berubah formasi, dan kembali turun. Perjalanan turun dari Pos 1 ke Base Camp sempat terancam nyasar, tapi suara musik dangdut dan lampu-lampu rumah penduduk yang semakin dekat cukup meyakinkan kami bahwa kami nggak nyasar.
Kembang Api 2013
Pukul 23.50. Kami melewati gerbang pendakian Bambangan, lanjut menuju Base Camp. Begitu sampai Base camp, saya langsung melepas carrier dan duduk pasrah di teras, begitu juga yang lainnya...wajah-wajah kami sudah dihiasi lekuk lelah yang luar biasa.
Masih dalam keadaan tak berdaya ini...terdengar suara hitungan mundur...5....4....3....2....1...
Kembang api ini berasal dari panggung sederhana yang dibuat warga sekitar, untuk merayakan Tahun Baru 2013, tepat di samping Base Camp pendaki.
Hhhhmmm...rasanya badan ini sedikit terobati dari lelah, hati ini ikut membuncah bersama letupan kembang api. 2012 telah menemui ujung dan Perjalanan kami mendaki Gunung Slamet pun berakhir ditutup kembang api.
Sajak Akhir Tahun
Waktu telah menemui ujungnya, tapi tak bisa didekap untuk berhenti...Ia hanya berganti.
Menyisakan hati untuk mengenang...dan meninggalkan raga untuk berjuang...
Hati bertanya: Bagaimana bisa melupakan masa silam, bila masa silam lebih hangat dibanding kecupan kenyataan ?
Raga menjawab: Biar saja menjadi kenangan yang terserak di dalam, yang bisa kau kunjungi setiap saat tapi abaikan lebih sering...berdamailah dengan waktu, berjalanlah bersamanya...dan berdoalah kawan...
Semoga, di negeri-negeri berbau mesiu pesan damai lebih bising daripada desing peluru dan terompet tahun baru.
Note:
I’d like to say very big thanks to all... for the hands that pull me up, for the spirit that given to me, for the shoulder that bring my carrier, for a smile, for the careness, for the food, for the memory...and especially for the amazing experience....
Langganan:
Postingan (Atom)