20/06/12
Trave(love)ing : Ketika Traveling Menjadi Lebih dari Sekedar Jalan Jalan
Trave(Love)ing |
Sore hari dimana akhirnya saya bisa sedikit bernafas lega, setelah 2 hari tercekik oleh ujian. Ujian akhir semester memang belum usai, tapi ada jeda untuk bersantai karena jadwal kosong di 2 hari berikutnya membuatku sesaat merasakan surga dunia mahasiswa.hehee. Karena ketika yang lain punya jadwal penuh, dan tenggelam dalam fotokopian materi ujian.
Saat bersantai...saatnya mencurahkan isi kepala...
Beberapa waktu yang lalu saya membeli sebuah novel judulnya “Trave(love)ing : Hati Patah Kaki Melangkah”, unik, lucu, menarik, bermakna...dan saya ingin berbagi tentang buku ini.^-^
Traveling..Kamu suka traveling? Kenapa kamu suka? Apa tujuanmu melakukannya?
Singkat kata...singkat cerita...Novel ini menceritakan tentang perjalanan yang dilakukan oleh 4 Orang yang saling kenal, tapi mereka melakukan perjalanan dengan tempat tujuan yang berbeda-beda, tidak direncanakan, kisah nyata dan dengan maksud yang sama, yaitu untuk menemukan sebuah momen, momen untuk “move on”....momen untuk bangkit.
Bangkit dari rasa kecewa karena kekuatannya diragukan untuk mempertahankan...
Bangkit dari rasa lemah karena dihantui masa lalu...
Bangkit dari rasa kesendirian yang tiba-tiba menghantui...
Bangkit dari rasa menjadi orang asing di lingkungan yang biasanya...
Bangkit untuk menyadari bahwa ini yang terbaik...
Bangkit untuk mengejar sepotong hati...
Bangkit dari rasa lemah karena dihantui masa lalu...
Bangkit dari rasa kesendirian yang tiba-tiba menghantui...
Bangkit dari rasa menjadi orang asing di lingkungan yang biasanya...
Bangkit untuk menyadari bahwa ini yang terbaik...
Bangkit untuk mengejar sepotong hati...
Karena mereka berempat telah diruntuhkan oleh rasa yang disebut cinta...
Untuk inilah mereka melakukan perjalan yang tak biasa...
Dendi Riandi
Dendi melakukan perjalanan melintasi 3 Negara (Singapura, Kuala Lumpur, Thailand) dalam waktu 1 minggu, sendirian. Perjalanan ke tiga negara ini semuanya ditempuh dengan jalur darat. Apa yang membuatnya begitu nekat melakukan ini....jawabnya adalah dia berusaha untuk Move On dan mengejar sepotong hati. Hatinya runtuh kecewa karena hubungannya dengan kekasihnya tidak bisa dipertahankan lantaran ini adalah LDR (Long Distance Relationship)...huuufftt...beginilah momoknya hubungan jarak jauh...
“Sebenarnya, tujuan awal perjalanan ini untuk menghilangkan suntuk. Syukur-syukur menghilangkan sakit karena patah hati. Ada yang pernah bilang, ketika hatimu patah, bawalah kakimu untuk melangkah. Gampangnya, gue mencoba untuk move on”. Dendi.
Dia memulai perjalanan dari Jakarta menuju Singapura, naik Sleeping bus ke Thailand yang sebelumnya mampir dulu ke Kuala Lumpur.
Grahita Primasari
Grahita berlibur ke Bali dengan segala pertarungan dalam hati yang tak mau melupakan masa lalu. Masa lalu yang kandas karena sebuah “right decision” yang dibuat olehnya, karena perbedaan keyakinan, karena ia tahu semakin dilanjutkan akan semakin dalam luka yang ditimbulkan.
“Pedih adalah menghapus semua hal yang berhubungan dengannya tanpa terkecuali. Lebih pedih lagi menyadari bahwa otakmu terlalu bodoh untuk kau suruh melupakannya barang satu tarikan napas aja”.Grahita.
“Pedih adalah memejamkan mata, menangis tanpa suara, tak terlihat siapa-siapa, dan membiarkannya mengering tanpa usaha. Lebih pedih lagi mengucek mata perlahan, berharap semua air mata tidak tumpah, lalu membalikkan badan dan tersenyum pada dunia”.Grahita.
Mia Haryono
Mia mengikuti sebuah auditor training di Dubai, berkesempatan menikmat fasilitas kelas bisnis secara Cuma Cuma dari kantornya, dengan membawa serta kecewa yang terbalut rapi di hatinya dan siap untuk dibuang di tempat tertinggi di dunia. Ia kecewa karena seseorang yang tadinya dikenal seolah menjadi orang asing meski sebelumnya ada cinta di hati mereka masing-masing.
“If we were friends again,I might fall back down the same path...So being stranger is the best. Friends before lover, Stranger after lover”. Mia.
“I used to travel to see the world, hoping that someday you and me can travel together. But, now i travel to erase you from my heart and my mind”. Mia.
Roy Saputra
Roy pergi mengunjungi Kuala Lumpur untuk menonton tim favoritnya, Liverpool, bertanding persahabatan dengan Malaysia. Seperti dendi, ia menuju ke singapura terlebih dahulu kemudian lanjut menggunakan sleeping bus ke Kuala Lumpur. Roy nekad pergi dengan persiapan ala kadarnya untuk menemukan sebuah momen bangkit dari kekecewaan karena kaki yang selama ini berjalan di sampingnya berhenti berjalan, meninggalkannya dan menemukan kaki lainnya.
“Diputusin itu sakit, Bung !. Tapi, diputusin agar dia mendapatkan cinta yang baru itu jauh lebih sakit. Tersisihkan. Tertepikan. Itu yang selama ini gue definisikan sebagai penyebab putus gue dan dia. Gue terbuang agar cinta yang baru mendapatkan ruang”. Roy.
“...pergi ratusan kilometer untuk mengisi hati yang kosong. Mencoba mengikis kebebalan otak yang enggak pernah bosan menengok ke belakang. Berlari ke arah panas, karena enggak mau bertemu rintik hujan pembuat galau. Itu semua, harus ia lakukan jauh dari rumah, jauh dari zona nyaman, dan yang paling penting, jauh dari dia yang pernah membuat aliran darah terasa lebih hangat di dada. Karena jika diam, kami akan kalah, Remuk oleh hati, hati yang tak mau pergi”. Roy.
Di novel ini juga di ceritakan betapa megahnya tempat tempat yang mereka kunjungi. Mulai dari Patung Merlion (Patung singa) di tepi danau Singapura, Hotel Marina Bay, Serunya rafting dan kuliner di Bali, Gedung tertinggi di dunia “Burj of Khalifah” yang agung, eksotika patong beach di Thailand...dan nggak ketinggalan momen-momen gokil, lucu dan seru yang mereka alami selama traveling.
Kisah mereka berempat memang tak jauh jauh dari kata “the stupid little words called_” cinta....tapi ini bukan novel untuk menggalau, malah justru untuk memaknai artinya kehilangan, rasa syukur karena dunia begitu indah, dan menyadari bahwa Tuhan selalu memberikan pertanda agar kita bisa berpikir dan bangkit dari rasa kecewa.
Ada beberapa quote yang saya suka dalam buku ini :
“Terkadang tubuh melakukan perjalanan yang cukup jauh untuk melupakan seseorang, namun hati masih tetap tinggal di suatu tempat. Tubuh bergerak, tapi hati tak ikut bergerak. Kaki melangkah, namun hati seperti sudah lelah ”. Dendi.
“Because distance means nothing when someone is your everything. And for me, she really worth it more than anything. She was at last”. Dendi.
“Seperti halnya waktu, hati perlu berdamai pula dengan jarak. Itu sebabnya mengapa gue melakukan perjalanan untuk mencoba menyembuhkan luka hati. Dan, terkadang jarak yang dibutuhkan bisa sampai ribuan mil. Empat ribu mil tepatnya. Itulah jarak antara Jakarta dan Dubai”. Mia.
“Travel is wearing your old favorite shoes but every steps count a great adventure”. Mia.
“Sekarang gue sedang bersusah payah memikul kenangan itu sampai puncak tertinggi di dunia, bermaksud membuangnya. Tapi tidak semudah itu. Siapa pun yang mengatakan move on itu mudah, berarti ia tidak sepenuhnya pernah mencinta”. Mia.
“Kenapa kenangan harus dibuang? Yang benar adalah ditutup, lalu pergi. Kenangan hanya dibutuhkan untuk tahu sudah sejauh mana kita meninggalkan masa lalu. Dan, kenangan ada tempat yang pintunya sudah kita tutup tapi bisa muncul kapan pun kita menutup mata. Biarkan dia muncul sesekali, tapi abaikan sering kali”. Mia.
Jadi inilah resensi buku yang bisa saya bagi ke pembaca...jika kamu suka travelling??, kira kira apa alasanmu melakukannya??
Sebenarnya banyak alasan untuk melakukan travelling. Melepaskan diri dari rutinitas, ingin tersesat, belajar bertahan hidup, lebih ingin memaknai arti pulang, atau ingin bebas dari masa lalu.....
I love traveling .... and the reason is to let the memories locked up tight, to be grateful for God's creations, and carve out a dream...
Resensi Buku
Judul : Trave(Love)ing_Hati Patah Kaki Melangkah
Author : Roy Saputra, Mia Haryono, Grahita Primasari, Dendi Riandi.
Langganan:
Postingan (Atom)